Contoh Makalah sosiologi


Selasa, 21 april 2015
     Hai Sobat blogger DuniaFebrids, kali ini febri mau bagi-bagi contoh makalah Mata Pelajaran Sosiologi nih. Temanya perilaku menyimpang dan sikap-sikap anti sosial.



Materi Bab 5
“Perilaku menyimpang dan sikap-sikap anti sosial”



                                 Logo Sekolah




Disusun oleh:
Nama                         : FEBRI DWISINTA
Kelas                          : XI IPA 1
Guru pembimbing     : Nurmaladewi,S,Pd.




Dinas Pendidikan kab. Oku Selatan
SMA Negeri 1 MUARADUA
Tahun ajaran 2014/2015



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perilaku Menyimpang dan sikap-sikap anti sosial”. Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang bahayanya Perilaku Menyimpang. Dalam penyelesaian makalah ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak / berbagai sumber. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini baik itu kepada orang-orang yang telah mendukung pembuatan makalah ini maupun teman sejawat.
Terakhir penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak ditemukan kesalahan baik dari segi pembahasan maupun dalam penerapan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga berguna bagi pihak yang memerlukan.

                                                             Muaradua, 15 April 2015



                                                                            Penulis







DAFTAR ISI

Cover.................................................................................................................................. i
Kata Pengantar................................................................................................................. ii
Daftar Isi............................................................................................................................ iii
Bab 1 Pendahuluan
a.       Latar belakang........................................................................................................ 1
b.      Ruang Lingkup....................................................................................................... 2
c.       Tujuan..................................................................................................................... 2
Bab 2 Pembahasan
a.       Devinisi Perilaku Menyimpang............................................................................... 3
b.      Ciri-ciri Perilaku Menyimpang................................................................................ 4
c.       Jenis-jenis perilaku menyimpang............................................................................. 5
d.      Sifat-sifat perilaku menyimpang............................................................................. 6
e.       Masalah yang dihadapi remaja................................................................................ 6
f.       Bentik-bentuk perilaku menyimpang...................................................................... 9
g.      Dampak perilaku menyimpang............................................................................... 11
h.      Tips untuk mencegah dan mengatasi perilaku menyimpang................................... 12
i.        Pengertian sikap anti social..................................................................................... 13
j.        Sifat-sifat anti social............................................................................................... 13
Bab 3 Penutup
a.       Kesimpulan............................................................................................................. 15
b.      Saran....................................................................................................................... 15
Daftar Pustaka.................................................................................................................. 16






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada saat ini, bangsa Indonesia telah dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang sangat kompleks baik secara internal maupun eksternal. Barangkali dapat kita bayangkan seandainya bangsa ini dipimpin oleh generasi muda atau anak bangsa yang bodoh, malas, tidak bermoral, dan sifat yang tidak terpuji, maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang terbelakang, jauh tertinggal dari negara-negara lainnya.
Anak didik dipandang sebagai generasi yang belum matang dan dewasa. Untuk itu perlu dibina dan dididik secara mental sehingga watak anak didik dapat berkembang dengan baik. Sesuai dengan yang diharapkan menurut psikologi Prof. Slamet Santoso “Pembinaan watak adalah tugas utama pendidikan” berupa pikiran dan tindakan yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang terlihat setiap harinya, dengan kata lain watak yang baik adalah cermin dari sikap dan perilaku yang menunjang tinggi nilai-nilai mental. Sebagai pengganti generasi tua, dan penerima estafet kepemimpinan dimasa datang, para siswa perlu dibina dan dididik karena masa depan bangsa ini ditentukan oleh sejauh mana kualitas para generasinya, baik secara moral maupun keprofesionalannya dalam memimpin bangsa ini pada suatu saat ini.
Adapun yang berkepedulian di dalam membina dan mendidik generasi muda adalah keluarga, skeolah, masyarakat dan pemerintah. Yang jelas didalam membina anak didik harus dilakukan secara terpadu dan seirama. Sehingga pendidikan / pembinaan yang dialami oleh anak didik di lingkungan keluarga, juga harus sama dengan yang dialami oleh sekolah dan masyarakat.
Tidak ada orang yang menginginkan putra-putrinya menjadi orang yang bodoh, jahat, tidak bermoral dan berwatak tidak baik. Semua orang tua, masyarakat dan pemerintah menginginkan agar para generasi muda mempunyai akhlak yang baik, bermoral, berwatak yang baik, dan pintar. Dengan kata lain antara Imtaq dan Iptek harus seimbang.
Jika terjadi ketimpangan berperilaku maka upaya pembinaan anak didik akan sia-sia. Kenyataan saat ini menunjukkan betapa banyaknya para siswa yang terlibat dalam tingkah laku menyimpang. Watak siswa/siswi saat ini sangat berbeda dengan generasi muda sebelumnya, umumnya generasi sekarang bersifat santai, kurang mandiri, kurang ulet, bersifat (lebih mudah terpengaruh), emosional serta kurangnya rasa nasionalisme, hal ini dapat kita lihat dari kecendrungan setiap hari baik pelajar maupun pemuda yang kerap melakukan kebrutalan.
Jika kita membaca dan mendengar berita dari berbagai media mas media baik cetak maupun elektronik, tidak jarang kita dengar dan lihat berbagai macam kasus kekerasan yang dilakukan oleh siswa / siswi terhadap sesamanya. Masyarakat sekitar, orang tua dan gurunya sendiri. Antara lain perkelahian pada makalah ini lebih mengkhususkan perilaku menyimpang pada lingkungan sekolah dengan teman sebaya, menyontek / tidak jujur, suka melawan, tidak patuh pada peraturan sekolah, bolos / cabut, malas mengerjakan tugas sekolah.
Kesemuanya diakibatkan semakin lemahnya pengawasan orang tua, guru, dan masuyarakat. Akibat kesibukan, ketidaktahuan atau mungkin ketidak pedulian terhadap kegiatan yang dilakukan oleh anak didik.

B.     Ruang Lingkup
1.      Apa yang dimaksud dengan perilaku menyimpang?
2.      Apa ciri dan penyebab perilaku menyimpang?
3.      Bagaimana dampak perilaku menyimpang?
4.      Apa-apa saja teori perilaku menyimpang?
5.   Sikap-sikap anti sosial ?

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar orang tua mampu untuk menjadi orang tua yang baik dalam hal mengarahkan atau membina anak kearah yang lebih baik, khususnya pada anak yang akan menginjak masa remaja. Selain itu agar kita mengetahui dan memahami faktor-faktor yang menyebabkan dan cara penanggulangan tingkah laku menyimpang.




Bab II
 Pembahasan

A.    Definisi perilaku menyimpang
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku menyimpang dapat terjadi pada manusia muda, dewasa, atau tua baik laki-laki maupun perempuan. Perilaku menyimpang ini tidak mengenal pangkat atau jabatan dan tidak juga tidak mengenal waktu dan tempat. Penyimpangan bisa terjadi dalam skala kecil maupun skala besar.
Menurut Bruce J Cohen (dalam buku terjemahan Sahat Simamora), Perilaku menyimpang didefinisikan sebagai perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Batasan perilaku menyimpang ditentukan oleh norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Suatu tindakan yang mungkin pantas dan dapat diterima di satu tempat mungkin tidak pantas dilakukan di tempat yang lain
Menurut Robert M.Z Lawang, perilaku menyimpang adalah suatu tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu system social.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang adalah perilaku manusia yang bertentangan atau tidak sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Masa remaja merupakan masa transmisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja dalam gambaran yang umum merupakan suatu periode yang dimulai dengan perkembangan masa pubertas dan menyelesaikan pendidikan untuk tingkat menengah, dimana perubahan biologis yang membawanya pada usia belasan (teenagers) seringkali mempengaruhi perilaku masa remaja. Para remaja tersebut sangat peka terhadap gagasan bahwa mereka harus seperti orang dewasa atau kanak-kanak, sehingga mereka segera mengganti mode pakaiannya.
Perilaku menyimpang pada remaja terjadi pada masyarakat dikalangan atas maupun dikalangan bawah contohnya saja di kota-kota besar. Dikota  Banjarnegara Banyak kasuspergaulan bebas di kalangan remaja telah mencapai titik kekhawatiran yang cukup parah, terutama seks bebas. Mereka begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, apalagi malam minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP. ‘’Banyak kasus remaja putri yang hamil karena kecelakan
Dalam kehidupan para remaja sering kali diselingi hal hal yang negative dalam rangka penyesuaian dengan lingkungan sekitar baik lingkungan dengan teman temannya di sekolah maupun lingkungan pada saat dia di rumah. Hal hal tersebut dapat berbentuk positif hingga negative yang serng kita sebut dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja itu sendiri merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik norma hukum maupun norma sosial. Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo,SH adalah :
         Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.
         Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
         Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.

o   Adapun gejala-gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah
kepada kenakalan remaja :
         Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menyendiri. Anak yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.
         Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau di sekolah. Menghindarkan diri dari tanggung jawab biasanya karena anak tidak menyukai pekerjaan yang ditugaskan pada mereka sehingga mereka menjauhkan diri dari padanya dan mencari kesibukan-kesibukan lain yang tidak terbimbing.
         Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh dia sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya. Anak seperti ini sering terbawa kepada kegoncangan emosi.
         Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan ketakutan anal-anak normal.
         Anak-anak yang suka berbohong.
         Anak-anak yang suka menyakiti atau mengganggu teman-temannya di sekolah atau di rumah.
         Anak-anak yang menyangka bahwa semua guru mereka bersikap tidak baik terhadap mereka dan sengaja menghambat mereka.
         Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian.


B.     Ciri ciri perilaku menyimpang           
Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformationsebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
         Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
         Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu (faktor objektif), yaitu
1.      Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak(broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
2.      Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentangperilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang.
3.      Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkanperilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.
4.      Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
5.      Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku menyimpang)Hal inilah yang dikatakan sebagai prosesbelajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang,

C.    Jenis jenis perilaku menyimpang
a. Berdasarkan kekerapan atau berat-ringannya penyimpangan
1) Penyimpangan Primer (Primary Deviation)
Ciri-cirinya :
a. Bersifat sementara / temporer
b. Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang
c. Masyarakat masih mentolerir / menerima
Contohpegawai negeri yang membolos kerja, banyak minum alkohol pada waktu pesta, siswa yang membolos atau menyontek saat ujian dan pelanggaran lalu lintas.
2) Penyimpangan Sekunder (Secondary Deviation)
Ciri-cirinya :
a. Bersifat permanen / tetap
b. Gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang
c. Masyarakat tidak bisa mentolerir perilaku menyimpang tersebut.
Contoh: pembunuhan, perjudian, perampokan dan pemerkosaan.
b. Berdasarkan jumlah pelakunya
1) Penyimpangan Individu
Penyimpangan individu adalah penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang individu dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Contohnya pencurian yang dilakukan sendiri.
2)   Penyimpangan Kelompok
Penyimpangan kelompok adalah penyimpangan yang dilakukan secara berkelompok dengan melakukan tindakan-tindakan menyimpang dari norma-norma masyarakat yang berlaku. Pada umumnya penyimpangan kelompok terjadi dalam sub kebudayaan yang menyimpang yang ada dalam masyarakat. Contohnya gank kejahatan atau mafia.
3)  Penyimpangan Institusi
Penyimpangan institusi dilakukan oleh organisasi yang melibatkan organisasi lainnya yang dilakukan rapih. Sebagai contohnya tidakan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat negara.

D.    Sifat sifat perilaku menyimpang
Secara umum, terdapat dua sifat penyimpangan, yaitu:
         Penyimpangan yang bersifat positif
Penyimpangan yang bersifat positif adalah penyimpangan yang memiliki dampak positif terhadap sistem sosial karena mengandung unsur inovatif, kreatif dan memperkaya alternatif. Umumnya, penyimpang ini dapat diterima masyarakat karena sesuai dengan perubahan zaman. Contoh, emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan banyak wanita karier

         Penyimpangan yang bersifat negatif
Dalam penyimpangan yang bersifat negatif, pelaku bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk serta mengganggu sistem sosial. Tindakan dan pelakunya akan dicela dan tidak diterima masyarakat. Bobot penyimpangan dapat diukur menurut kaidah sosial yang dilanggar. Contoh, seorang koruptor selain harus mengembalikan kekayaan yang dimilikinya kepada negara, juga tetap dikenakan hukuman penjara.

E.     Masalah yang dihadapi remaja

Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering sekali ternyata tidak mulus, banyak memgalami berbagai hambatan dan rintangn. Lebih-lebih bagi siswa sekolah menengah yang berada dalam fase perkembangan remaja, masa dimana individu mengalami berbagai perubahan fisik maupun psikis. Pada fase ini individu mengalami perubahan ynag besar yang dimulai dengan datangnya masa puber. Datangnya masa puber ditandai dengan kematangan seksualitas. Sikap-sikap dan perilaku yang terjadi pada masa puber sering mengganggu tugas-tugas pada masa perkembangan anak pada masa berikutnya yaitu masa remaja, dan sebagai akibatnya anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada fase remaja. Beberapa masalah yang dialami para remaja sekarang:
           

1. Masalah Emosi
            Secara tradisional masa remaja dianggap periode “badai dan tekanan” suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akiabat dari perubahan fisik dan kelenjar. Emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan kadang tampak pada mereka, mudfah marah, mudah dirangsang, emosinya cenderung meledak-ledak dan tidak mampu mengendalikan perasaannya. Keadaan ini sering menimbulkan berbagai permasalahn khususnya dalam kaitannya dengan penyesuainan diri dilingkunganya. Maraknya kasus perkelahian antar pelajar akhir-akir ini adalah contoh nyata dari ketidakmampuan remaja mengolah dan mengendalikan emosi.

2. Masalah Penyesuaian Diri
            Salah satu tugas yang paling sulit pada masa remaja adalah yang berhubungan dengan penyesuian social. Remaja harus meyesuaikan diri dengan lawan jenis, baik sesama remaja maupun dengan orang-oarang dewasadiluar lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk mencspai pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak banyak enyesuaian baru. Pada fase ini remaja lebih banyak diluar rumah bersama-sama temannya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti kalau pengaruh teman-temannya sebaya dalam pola perilaku,sikap, minat dan gaya hidupnya lebih besar daripada pengaruh dari keluarga. Perilaku remaja sangat bergantung dari pola-pola perilaku kelompok. Yang menjadi masalah apabila mereka salah bergaul, misalnya berada dalam kelompok pemakai obat-obatan terlarang, minuman keras, merokok, dan perilaku negative lainnaya. Dalam keadasan demikian remajacenderung akna mengikutinya tanpa memperdulikan akibat yangakan menimpa dirinya. Kebutuhan akan penerimaan dirinya dalam kelompok sebaya merupakan kebutuhan yang dianggap paling penting. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, remaja mau melaksanakan apa saja yang akan menimpa atas perilaku mereka tersebut.

3. Masalah Perilaku Seksual
            Tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh remaja sehubunagn dengan kematangan seksualitasnya adalah pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis dan belajar memerankan seks yang diakuinya. Pada masa remaja sudah mulai tertarik pada lawan jenis, mulai bersifat romants yang didikuti oleh keinginnan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan perhtian dari lawan jenis, sebagai akibatnya remaja mempunyai minat tinggi pada seks. Remaja lebih banyak mencari informasi tentang seks dari sumber-sumber yang kadang tidak dapat dipertanggungjawabkan, misalnya dari tena sebaya yang sama-sam kurang memahami arti pentingnya seks, internet, media elektronik yan semakin canggih, dan media cetak yang kadang-kadang lebih mengarah pada pornografi. Sebagai akibat dari informasi yang salah dapat menimbulkan perilaku seks remkja yang apabila ditinjau dari segi moral dan kesehatan tidsak layak untuk dilakukan misalnya berciuman, bercumbu, mesturbasi, dan bersenggama. Namun generasi sekarang hal-hgal tersebut dianggap normal atau paling tidak diperbolehkan. (Hurlock, 1980:229)
pergaulan bebas di kalangan remaja telah mencapai titik kekhawatiran yang cukup parah, terutama seks bebas. Mereka begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, apalagi malam minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP. ‘’Banyak kasus remaja putri yang hamil karena kecelakan.
Menurut Dr Rose Mini AP, M Psi seorang psikolog pendidikan, seks bagi anak wajib diberikan orangtua sedini mungkin. “Pendidikan seks wajib diberikan orangtua pada anaknya sedini mungkin. Tepatnya dimulai saat anak masuk play group (usia 3-4 tahun), karena pada usia ini anak sudah dapat mengerti mengenai organ tubuh mereka dan dapat pula dilanjutkan dengan pengenalan organ tubuh internal.
Tidak ada cara instan untuk mengajarkan seks pada anak kecuali melakukannya setahap demi setahap sejak dini. Kita dapat mengajarkan anak mulai dari hal yang sederhana, dan menjadikannya sebagai satu kebiasaan sehari-hari. Tanamkan pengertian pada anak layaknya kita menanamkan pengertian tentang agama. Kita tahu tidak mungkin mengajarkan agama hanya dalam tempo satu hari saja dan lantas berharap anak akan mampu menjalankan ibadahannya, maka demikian juga untuk seks.
Pengenalan seks pada anak dapat dimulai dari pengenalan mengenai anatomi tubuh. Kemudian meningkat pada pendidikan mengenai cara berkembangbiak makhluk hidup, yakni pada manusia dan binatang. Nah, kalau sudah tahu, orangtua dapat memberi tahu apa saja dampak-dampak yang akan diterima bila anak begini atau begitu,”
Salah satu cara menyampaikan pendidikan seksual pada anak dapat dimulai dengan mengajari mereka membersihkan alat kelaminnya sendiri. Dengan cara “Mengajari anak untuk membersihkan alat genitalnya dengan benar setelah buang air kecil (BAK) maupun buang air besar (BAB), agar anak dapat mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain. Pendidikan ini pun secara tidak langsung dapat mengajarkan anak untuk tidak sembarangan mengizinkan orang lain membersihkan alat kelaminnya.
Pengenalan seks pada anak dapat dimulai dari pengenalan mengenai anatomi tubuh. Kemudian meningkat pada pendidikan mengenai cara berkembangbiak makhluk hidup, misalnya pada manusia. Sehingga orangtua dapat memberikan penjelasan mengenai dampak-dampak yang akan diterima bila anak sudah melakukan hal-hal yang menyimpangnya. oleh sebab itu perlunya pendidikan seks sejak dini, bila perlu diberikan disekolah-sekolah agra para siswa dapat mengetahui pendidikan seks yang benar dan tidak terjerumus kehal-hal yang negative.

4. Masalah Perilaku Sosial
            Tanda-tanda masalah perilaku social pada remaja dapat dilihat dari adanya diskriminasi terhadap mereka yang terlatar belakang ras, agama, atau social ekonomi yang berbeda. Dengan pola-pola perilaku social seperti ini, maka melahirkan geng-geng atau kelompok-kelompok remaja yang pembentukanya berdasarkan atas kesamaan latar belakang, agama, suku dan social ekonomi. Pembentukan kelompok atau geng pada renaja tersebut dapat memicu terjadinya permusuhan antar kelompok atau geng. Untuk mencegah dan mengatasi masalah diatas dapat dilakukan dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatana kelompok dengan tidak memperhatikan latar belakang suku, agama,ras, dan social ekonomi.

5. Masalah Moral
            Masalah moral yang terjadi pada para remja ditandai oleh adanya ketidakmampuan remaja membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakkonsisitenan dalam konse benar dan slah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya antar sekolah, keluarga, da kelompok remaja. Ketidakmampuan membedakan mana yang benar dan mana yang salah dapat membawa mala petaka bagi kehidupan remja pada khususnya dan pada semua oaring pada umumnya.

6. Masalah Keluarga
Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan yang modern berbeda. Menurut remaja, orang tua yang mempunyai standar kuno harus mengikuti standar modern, sedagkan orang tua tetap pada pendiriannya semula. Keadaan inilah yang sering menjadi sumber perselisihan antar mereka. Sehingga remaja yang cenderung keaah modernisasi akan membantah semua yang ditetapkan oleh orang tuanya sehingga menimbulakan penyimpangan untuk melakukan apa yang sudah diinginkannya.


F.     Bentuk bentuk perilaku menyimpang

Segala tindakan atau perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat dianggap sebagai bentuk penyimpangan. Bentuk-bentuk penyimpangan tersebut apabila terus berkembang akan menyebabkan timbulnya penyakit sosial dalam masyarakat. Adapun bentuk-bentuk penyimpangan serta berbagai penyakit sosial yang ada dalam masyarakat bermacam-macam. Berikut ini berbagai penyakit sosial yang ada dalam masyarakat.
1.     Minuman Keras (Miras)
Minuman keras adalah minuman dengan kandungan alkohol lebih dari 5%. Akan tetapi, berdasarkan ketetapan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), setiap minuman yang mengandung alkohol, berapa pun kadarnya, dapat dikategorikan sebagai minuman keras dan itu diharamkan (dilarang) penyalahgunaannya. Adapun yang dimaksud penyalahgunaan di sini adalah suatu bentuk pemakaian yang tidak sesuai dengan ambang batas kesehatan. Artinya, pada dasarnya boleh digunakan sejauh hanya untuk maksud pengobatan atau kesehatan di bawah pengawasan dokter atau ahlinya. Di beberapa daerah di Indonesia, terdapat jamu atau minuman tradisional yang dapat digolongkan sebagai minuman keras. Sebenarnya, jika digunakan tidak secara berlebihan jamu atau minuman tradisional yang dapat digolongkan sebagai minuman keras tersebut dapat bermanfaat bagi tubuh. Namun, sangat disayangkan jika jamu atau minuman tradisional yang dapat digolongkan sebagai minuman keras tersebut dikonsumsi secara berlebihan atau sengaja digunakan untuk mabuk-mabukan. Para pemabuk minuman keras dapat dianggap sebagai penyakit masyarakat. Pada banyak kasus kejahatan, para pelaku umumnya berada dalam kondisi mabuk minuman keras. Hal ini dikarenakan saat seseorang mabuk, ia akan kehilangan rasa malunya, tindakannya tidak terkontrol, dan sering kali melakukan hal-hal yang melanggar aturan masyarakat atau aturan hukum. Minuman keras juga berbahaya saat seseorang sedang mengemudi, karena dapat merusak konsentrasi pengemudi sehingga dapat menimbulkan kecelakaan. Pada pemakaian jangka panjang, tidak jarang para pemabuk minuman keras tersebut dapat meninggal dunia karena organ lambung atau hatinya rusak terpengaruh efek samping alkohol yang kerap dikonsumsinya.

2.     Penyalahgunaan Narkotika
Pada awalnya, narkotika digunakan untuk keperluan medis, terutama sebagai bahan campuran obat-obatan dan berbagai penggunaan medis lainnya. Narkotika banyak digunakan dalam keperluan operasi medis, karena narkotika memberikan efek nyaman dan dapat menghilangkan rasa sakit sementara waktu, sehingga pasien dapat dioperasi tanpa merasa sakit. Pada pemakaiannya di bidang medis, dibutuhkan seorang dokter ahli untuk mengetahui kadar yang tepat bagi manusia, karena obat-obatan yang termasuk narkotika mempunyai efek ketergantungan bagi para pemakainya. Penyalahgunaan narkotika dilakukan secara sembarangan tanpa memerhatikan dosis penggunaannya. Pemakaiannya pun dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dihirup asapnya, dihirup serbuknya, disuntikkan, ataupun ditelan dalam bentuk pil atau kapsul. Pengguna yang kecanduan, merusak sistem saraf manusia, bahkan dapat menyebabkan kematian. Berikut adalah contoh zat-zat yang termasuk dalam kategori narkotika.

3.     Perkelahian Antarpelajar
Perkelahian antarpelajar sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya. Perkelahian tersebut tidak hanya menggunakan tangan kosong atau perkelahian satu lawan satu, melainkan perkelahian bersenjata, bahkan ada yang menggunakan senjata tajam serta dilakukan secara berkelompok. Banyak korban berjatuhan, bahkan ada yang meninggal dunia. Lebih disayangkan lagi, kebanyakan korban perkelahian tersebut adalah mereka yang justru tidak terlibat perkelahian secara langsung. Mereka umumnya hanya sekadar lewat atau hanya karena salah sasaran pengeroyokan. Kondisi ini jelas sangat mengganggu dan membawa dampak psikis dan traumatis bagi masyarakat, khususnya kalangan pelajar. Pada umumnya mereka menjadi was-was, sehingga kreativitas mereka menjadi terhambat. Hal ini tentu saja membutuhkan perhatian dari semua kalangan sehingga dapat tercipta suasana yang nyaman dan kondusif khususnya bagi masyarakat usia sekolah.

4.     Perilaku Seks di Luar Nikah
Perilaku seks di luar nikah selain ditentang oleh norma-norma sosial, juga secara tegas dilarang oleh agama. Perilaku menyimpang ini dapat dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan yang belum atau bahkan tidak memiliki ikatan resmi. Dampak negatif dari perilaku seks di luar nikah, antara lain, lahirnya anak di luar nikah, terjangkit PMS (penyakit menular seksual), bahkan HIV/AIDS, dan turunnya moral para pelaku.

5.     Berjudi
Berjudi merupakan salah satu bentuk penyimpangan sosial. Hal ini dikarenakan berjudi mempertaruhkan harta atau nafkah yang seharusnya dapat dimanfaatkan. Seseorang yang gemar berjudi akan menjadi malas dan hanya berangan-angan mendapatkan banyak uang dengan cara-cara yang sebenarnya belum pasti. Indonesia merupakan salah satu negara yang melarang adanya perjudian, sehingga seluruh kegiatan perjudian di Indonesia adalah kegiatan illegal yang dapat dikenai sanksi hukum. Akan tetapi, dalam beberapa kasus, aparat keamanan masih menolerir kegiatan perjudian yang berkedok budaya, misalnya perjudian yang dilakukan masyarakat saat salah seorang warganya mempunyai hajatan. Langkah ini sebenarnya kurang tepat, mengingat bagaimana pun juga hal ini tetap merupakan bentuk perjudian yang dilarang agama.

6.     Kejahatan (Kriminalitas)
Kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya. Sementara itu secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoril), merugikan masyarakat, sifatnya asosiatif dan melanggar hukum serta undang-undang pidana. Tindak kejahatan bisa dilakukan oleh siapa pun baik wanita maupun pria, dapat berlangsung pada usia anak, dewasa, maupun usia lanjut. Tindak kejahatan pada umumnya terjadi pada masyarakat yang mengalami perubahan kebudayaan yang cepat yang tidak dapat diikuti oleh semua anggota masyarakat, sehingga tidak terjadi penyesuaian yang sempurna. Selain itu tindak kejahatan yang disebabkan karena adanya tekanan mental atau adanya kepincangan sosial. Oleh karena itu tindak kejahatan (kriminalitas) sering terjadi pada masyarakat yang dinamis seperti di perkotaan. Tindak kejahatan (kriminalitas) misalnya adalah pembunuhan, penjambretan, perampokan, korupsi, dan lain-lain.

G.    Dampak perilaku menyimpang
Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang ada di masyarakat akan membawa dampak bagi pelaku maupun bagi kehidupan masyarakat pada umumnya.
1.    Dampak Bagi Pelaku
Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang individu akan memberikan dampak bagi si pelaku. Berikut ini beberapa dampak tersebut.
a.  Memberikan pengaruh psikologis atau penderitaan kejiwaan serta tekanan mental terhadap pelaku karena akan dikucilkan dari kehidupan masyarakat atau dijauhi dari pergaulan.
b.   Dapat menghancurkan masa depan pelaku penyimpangan.
c.   Dapat menjauhkan pelaku dari Tuhan dan dekat dengan perbuatan dosa.
d.   Perbuatan yang dilakukan dapat mencelakakan dirinya sendiri.

2.   Dampak Bagi Orang Lain/Kehidupan Masyarakat
Perilaku penyimpangan juga membawa dampak bagi orang lain atau kehidupan masyarakat pada umumnya. Beberapa di antaranya adalah meliputi hal-hal berikut ini.
a.   Dapat mengganggu keamanan, ketertiban dan ketidakharmonisan dalam masyarakat.
b.   Merusak tatanan nilai, norma, dan berbagai pranata sosial yang berlaku di masyarakat.
c.   Menimbulkan beban sosial, psikologis, dan ekonomi bagi keluarga pelaku.
d.   Merusak unsur-unsur budaya dan unsur-unsur lain yang mengatur perilaku individu dalam kehidupan masyarakat.
Dampak yang ditimbulkan sebagai akibat perilaku penyimpangan sosial, baik terhadap pelaku maupun terhadap orang lain pada umumnya adalah bersifat negatif. Demikian pula, menurut pandangan umum, perilaku menyimpang dianggap merugikan masyarakat. Namun demikian, menurut Emile Durkheim, perilaku menyimpang tidak serta merta selalu membawa dampak yang negatif. Menurutnya, perilaku menyimpang juga memiliki kontribusi positif bagi kehidupan masyarakat. Adapun beberapa kontribusi penting dari perilaku menyimpang yang bersifat positif bagi masyarakat meliputi hal-hal berikut ini.


H.    Tips untuk mengatasi dan mencegah perilaku menyimpang remaja
Beberapa tips untuk mengatasi dan mencegah kenakalan remaja, yaitu:
         Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
         Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. contohnya: kita boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
         Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila kita membiarkan dia bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani.
         Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll.
         Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.
         Perlunya pembelajaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
         Kita perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif untuk dia. Jangan pernah kita mencegah hobinya maupun kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan dirinya.
         sebagai orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah.


I.          Pengertian Sikap Anti social
Menurut Kathleen Stassen Berger, sikap antisosial sering dipandang sebagai sikap dan perilaku yang tidak mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun masyarakat secara umum di sekitarnya. Suatu tindakan antisosial termasuk dalam tindakan sosial yang berorientasi pada keberadaan orang lain atau ditujukan kepada orang lain, meskipun tindakan-tindakan tersebut memiliki makna subjektif bagi orang-orang yang melakukannya. Tindakan-tindakan antisosial ini sering kali mendatangkan kerugian bagi masyarakat luas sebab pada dasarnya si pelaku tidak menyukai keteraturan sosial (social order) yang diinginkan oleh sebagian besar anggota masyarakat lainnya

J.    Sifat-sifat anti sosial
Berdasarkan sifatnya, tindakan antisosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
  • Tindakan antisosial yang dilakukan secara sengaja
Tindakan ini dilakukan secara sadar oleh pelaku, tetapi tetap tidak mempertimbangkan penilaian orang lain terhadap tindakannya tersebut. Misalnya, vandalisme; graffiti pada tembok rumah orang lain.
  • Tindakan antisosial karena tidak peduli
Tindakan ini dilakukan ketidakpedulian si pelaku terhadap keberadaan masyarakat di sekitarnya. Misalnya, membuang sampah di sembarang tempat; mengebut ketika berkendara di jalan raya.

Tindakan antisosial tidak selalu digolongkan sebagai tindak kriminal dan berakibat pada pemenjaraan si pelaku. Ada beberapa tindakan antisosial yang tidak langsung merugikan orang lain, misalnya menarik diri atau mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat sehari-hari, namun, sebagian besar tindakan antisosial merupakan tindakan yang melanggar norma-norma hukum dan merugikan orang lain.

Sikap-sikap antisosial yang dimiliki seseorang bukanlah suatu sikap yang tetap, artinya pada suatu saat bisa berubah menjadi sikap konformitas. Faktor yang sangat memengaruhi sikap antisosial akan berkurang seiring dengan makin dewasanya usia seseorang. Seiring dengan perkembangan mental dan kecerdasannya saat makin dewasa, seseorang mampu membedakan tindakan yang baik (sesuai norma-norma sosial yang ada) dan tindakan yang buruk (bertentangan dengan norma-norma sosial). Namun, jika hingga usia dewasa seseorang masih melakukan tindakan-tindakan buruk, ia memiliki kelainan yag disebut kepribadian sosial.

Soerjono Soekanto (1983:30-31) mencatat ada tiga istilah yang berkaitan dengan sikap antisosial, yaitu sebagai berikut:

  • Antikonformitas (rebellion)
Yaitu suatu pelanggaran terhadap norma-norma dan nila-nilai sosial yang disengaja oleh individu atau sekelompok orang. Misalnya, mencuri, membuat keributan, membunuh dan mengisolasi (mengasingkan) diri dari pergaulan masyarakat.

  • Aksi antisosial
Yaitu suatu aksi yang menempatkan kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok tertentu di atas kepentingan umum. Misalnya, membunyikan peralatan audio dengan volume yang tinggi di tempat ramai sehingga mengganggu ketenangan orang lain, memanipulasi keuangan suatu organisasi untuk memperkaya diri sendiri dan keluarga, tidak mau ikut gotong royong bersama warga sekitar dan lain-lain.

  • Antisosial grudge

Yaitu rasa sakit hati atau dendam terhadap masyarakat atau terhadap aturan sosial tertentu sehingga menimbulkan perilaku menyeleweng. Sikap ini disebut juga dendam anti sosial. Misalnya, minum minuman beralkohol secara berlebihan atau penyalahgunaan obat-obat terlarang karena merasa kurang dihargai oleh masyarakat sekitarnya.

Tindakan antisosial dapat ditemukan dalam banyak wujud. Akan tetapi, umumnya tindakan antisosial digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu sebagai berikut:

  • Dilakukan di jalan

Tindakan antisosial ini dilakukan di wilayah jalan, sehingga pada akhirnya menimbulkan gangguan bagi masyarakat di sekitar atau yang melintasi jalan tersebut.

  • Dilakukan oleh tetangga

Tetangga yang mengganggu dapat memengaruhi kehidupan masyarakat sekitarnya. Meskipun hanya satu atau dua anggota dari masyarakat yang bersifat mengganggu, akan tetapi mereka dapat merusak kualitas kehidupan dari masyarakat di sekitarnya.

  • Dilakukan terhadap lingkungan sekitar
Tindakan ini berdampak rusaknya alam lingkungan, fasilitas umum, dan benda-benda lain di sekitarnya. Selain mengganggu keamanan, kenyamanan, dan kelancaran kegiatan masyarakat, upaya perbaikannya pun memakan biaya yang tidak kecil.
Bab III
Penutup

A.    Kesimpulan
Tingkah laku menyimpang merupakan tingkah laku yang melanggar hukum, peraturan dan nilai yang berlaku di masyarakat yang dijunjung tinggi, sehingga menimbulkan kehancuran bagi kehidupan remaja itu sendiri, orang lain dan lingkungan alam sekitarnya.
Penyebab tingkah laku menyimpang adalah : gangguan psikologi atau kepribadian seperti : tidak merasa puas dengan kehidupan dirinya sendiri karena potensi psikis maupun fisik yang tidak tersalurkan, nilai atau filsafat hidup yang salah dan mengalami gangguan emosi karena berbagai sebab.

B.     Saran
Sebagai orang tua dan guru, kita harus mampu untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan anak didik dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut, walaupun tidak sepenuhnya. Untuk mengatasi tingkah laku remaja yang menyimpang adalah dengan memperbaiki kepribadian anak itu sendiri, dan memuaskan kebutuhan perkembangannya (kebutuhan mendapatkan status, berprestasi, mandiri, diakrabi dan filsafat hidup). Disamping itu harus diberikan model tingkah laku yang diharapkan, menghargai anak yang bertingkah laku yang diharapkan memberi tahu cara-cara bertingkah laku yang sesuai jika mereka melakukan tingkah laku menyimpang.



Daftar Pustaka

Elida Prayitno. 2002. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang : UNP Padang.
Mulyono, Bambang. 2002. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya. Jakarta : Kanisius.
S. Wilis, Sofyan. 2002. Problema Remaja dan Pemecahannya. Bandung : Angkasa.
Tim Suryabrata Somedi. 1982. Psikologi Belajar. Depdikbud.
MKDK. 2000. Perkembangan Peserta Didik. Padang : UNP Padang.




Semoga Bermanfaat :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KASUS ASUHAN GIZI IDNT

Pengalaman Pertama kali ke Larissa Aesthetic Center di Yogya

Makalah Bahasa Inggris Narrative Text